Jakarta– Pengemudi ojek online menjerit dengan tarif per kilometer Rp 2.000 yang dianggap tidak manusiawi.
Tarif ini membuat penghasilan mereka menurun jauh, tidak “seberjaya” pada 2016. Topan, salah seorang driver GrabBike di Kebun Jeruk, Jakarta Barat, menceritakan, saat pertama bergabung pada 2015, tarif per kilometer mencapai Rp 3.000.
Menurut dia, saat ini hanya Rp 1.600. Perbedaan tarif per kilometer ini membuat penghasilannya melorot jauh.
Hal ini juga dirasakan oleh teman Topan, Darto. Menurut dia, penghasilan dari ojek online kini tidak lagi bisa menutupi. Sebab, mereka juga harus membeli bahan bakar, perawatan motor, dan sebagainya.
Sehingga, keduanya mendukung aksi teman-teman yang menuntut tarif per kilometer dinaikkan menjadi Rp 4.000. “Kalau saya pribadi sepakat. Sebenarnya sih kurang per kilo Rp 1.600 sekarang.
Perawatan motor, bensin, kuota juga enggak ketutup,” kata Darto (45), pengemudi Go-Jek.
Ucok, pengemudi Go-Jek yang duduk di sebelah Darto langsung mengamini.
“Saya sebulan bensin bisa Rp 55.000. Teman-teman di sini (pangkalan ojek online Jalan Panjang) enggak ada yang Premium, semuanya Pertamax,” kata Ucok.
Dibandingkan dengan Ucok dan Topan, Darto sudah tidak menjadikan ojek online sebagai pekerjaan utama. Dia mengojek hanya sebagai pekerjaan sambilan.
“Sekarang udah enggak ketutup kalau saya enggak sekalian buka (jualan) mie ayam. Makin ke sini makin tipis (pendapatannya),” ujarnya. Mengenai persaingain antara operator ojek online, menurut ketiganya, hal itu tidak memberi pengaruh dengan penghasilan mereka. Mereka sepakat bahwa penumpang bebas memilih ojek mana pun.
“Persaingan cuma ada di perusahaan aja, bukan di kita-kita (pengemudi),” kata Topan, yang diiyakan oleh Darto dan Ucok.
Setelah ribuan pengemudi online melakukan aksi dan ditemui Presiden Joko Widodo, mereka berharap ada perubahan tarif. Tarif tersebut diharapkan bisa menguntungkan penumpang dan juga pengemudi.
“Kita ngikutin aja kalau memang memberikan perubahan buat kita. Kalau dari analisa kita, kalau kemahalan kasian penumpangnya juga,” kata Topan.
(ern/ern)
No comments:
Post a Comment